Jumat, 05 April 2019

Bagaimana prilaku khadijah sehingga muhammad sbg suami bisa mengembangkan potensinya ? 

Khadijah yg pintar, rupawan dan hartawan mampu menempatkan diri dgn baik, hingga muhammad nyaman ? 

Bagaimana kepintaran khadijah hingga membuat muhammad tak hilang marwah kepemimpinan saat hidup hingga matinya ? 

Secantik apa khadijah yg janda berjarak umur 15tahun mampu membelenggu cinta lelaki seorang muhammad ? 

Sedermawan apa khadijah hingga hartanya habis untuk dakwah, masih berkata gunakan saja tulangku menyokong syiarmu wahai imamku 

Khadijah.. Oh khadijah... 
Bagaimana aku menirumu agar potensiku dan potensi lelaki dihidupku saling mengisi mencahayai.. 

Renungan selasa pagi ini
Bagi cinta khadijahku yg sedang bertanya2 Sungguh nyata masih berupa remahan sahaja. 

Astaghfirullah.. 
Kucoba buka perlahan lembaran usang kisahmu khadijah Mengais menggali makna Mencari butiran mutiara yang kau simpan dikedalaman Jauh dari kilauan sorot mata Memanggul cinta muhammad sebagai jembatan 
Untuk disemat jadi perhiasan surga 
Bukan di dunia fana, namun nun jauh dinegeri abadi 
Bersemayam pada cinta yang hakiki 
Melebur bersama Ilahirobbi Aamiin

Selasa, 28 November 2017

Menggendong Uwais hingga mimpi


Anak-anakku merasa seperti melihat buku sejarah buat kuliah ketika membaca biografi rasul dan atlasnya yang lumayan agak serius materinya. padahal aku sudah berusaha memilah milah dan menyampaikannya dengan gaya bahasa yang sesuai dengan mereka. namun itu ternyata kurang berhasil juga.
akhirnya kami beralih ke buku tematik tentang hewan. hewan yang berhubungan dengan sains, al qur'an, kisah rasul juga fabel atau dongeng jenaka. malam ini, sampailah kami pada kisah lembu atau sapi yang memiliki banyak manfaat dalam hidupnya.
diawali dengan jenis-jenis sapi yang ada didunia. lalu kisah sapi betina samiri yang menakjubkan bangsa israel dan membuat musa mengamuk pada harun saudaranya, hingga fabel si lemo sapi yang kerjanya makan saja tapi malas berolah raga akhirnya berubah kebiasaan karena badannya sakit-sakitan tak pernah digerakkan. sambil diskusi diselingi tawa, aku dan anak-anakku mencoba mengambil hikmah. namun diakhir cerita... ada kisah menarik jiwa kami bersama. sepertinya cerita sahabat rasul ini sudah sering kita dengar, namun aku sendiri baru merasa komplit ketika membacanya tadi malam. mau tau......
"Pemuda Penggendong lembu"
"uwais aneh... uwais aneh..."begitu teriak orang-orang padanya.
namun uwais hanya diam tak menanggapi. bukan karena ia tak bisa menjawab, tapi ia tak peduli. karena hidupnya, sudah penuh dengan ejekan. bagaimana tidak, dengan tubuh yang kurang sempurna akibat penyakit kusta yang diderita sejak lama, cela dan cibiran adalah menu telinga sehari hari. lalu apa bedanya, dengan apa yang ia lakukan kini. orang-orang kian menjadi menjelek-jelekkan. yah... itu karena uwais selalu menggendong seekor anak lembu sejak lembu itu ia beli di pasar.
anak lembu itu di gendong uwais setiap hari naik turun bukit, terus menerus tanpa henti. ia masih saja tidak peduli dengan omongan orang disekitarnya. bahkan itu menjadi pemandangan yang biasa hingga akhirnya orang-orang mendiamkan apa yang ia lakukan. sehari dua hari... seminggu dua minggu... sebulan dua bulan... hingga masuk bulan kedelapan dan lembu itu kian besar. namun karena uwais menggendongnya setiap hari dan tenaga yang dikeluarkan melatih beban tidak drastis, membuat uwais tetap bisa mengangkat anak lembu tersebut hingga beratnya mencapai 100kg.
tapi ... apa sebenarnya tujuan uwais menggendong lembu ?
ohhh... ternyata ia sedang berlatih. ia berlatih menggendong lembu itu setiap hari guna mewujudkan keinginan mulia ibunya. ibu uwais adalah wanita tua renta nan lumpuh. ia punya keinginan naik haji disisa usia. sementara jarak antara mekah dan yaman sungguh jauh adanya. mereka bukanlah orang kaya, yang bisa membeli unta atau menyewanya untuk perjalanan kesana. uwais hanya punya tenaga dan tekad yang bulat, jadilah uwais berniat menggendong sang ibu berhaji dan tawaf hingga ke pintu baitullah..
saat berdoa di ka'bah, uwaispun hanya memohon pada Allah, untuk mengampuni dosa-dosa ibunya. ibu uwais terheran, mengapa ia lakukan itu. uwais berkata," jika dosa ibu diampuni, lalu ibu masuk surga. maka cukuplah bagiku ridha ibu yang membawaku ke sana."
sungguh uwais anak yang berbudi mulia. ketaatannya pada Allah dan baktinya pada sang ibu, sungguh patut ditiru.
anak-anakku sampai spheecles membahas hal ini. wah... kata mereka. lalu bertanya, mungkinkah sekarang ada yang melakukannya ? ada, saya bilang. kebetulan kemarin saya dapat postingan ini.
anakku, ku bawakan kisah indah penuh hikmah menjelang tidurmu. kiranya itu menjadi asa penghias buat esok hari yang akan kau jalani.

jempol buat amel

#1

Kulit kuning langsatnya kini agak pekat. Sebab ia tlah nyaman berteman dengan mentari. Berjalan, berlari dan bermain dilapangan tak lagi risih. Tak begitu banyak kegaduhan terjadi sebab kontrol diri tlah ia miliki. Senyumnya mulai bermakna, dan tertuju jelas pada apa dan siapa. Walau kata yg terucap masih langka, ia sudah menoleh saat disapa.
Lama sudah ku tak bersua, hari ini adalah kesempatan kembali bersama. Berinteraksi ke taman BMKG kota. Ku menyapanya seperti dulu dalam ramah, semula kupikir ia lupa. Tapi ternyata tak ada rasa kaku mendampingi. Dengan luwes ia menanggapi segala ucapanku dengan reaksi tubuh. Merapat, mengikuti dan tersenyum selalu. seolah ada rindu tergurat dalam ungkapan bisu.
Amel sdh besar yaa.. wajah bayimu sudah berubah, kataku sambil mencoel pipinya. Mata bundar itu berbinar, perintah merapikan poni yg menjulur ke luar ia lakukan dgn benar menggunakan kedua tangan. Enngg... enggh... suara itu yg keluar sesekali sepanjang perjalanan. Kadang kepalanya memutar atau keningnya berkerut seolah mencoba menghafal jalan.
3 Tahun waktu diperlukan. Bagi anak spesial sepertinya mengalami perubahan. Mengontrol diri tak lari kesana sini tanpa tujuan. Bereaksi pada sikap orang disekitar. Juga faham maksud sesuatu dilakukan. Ia telah mandiri mengurus diri dan merapikan barang2nya tanpa bantuan. Semua ungkapan yg orang berikan dia bisa faham. Satu hal yang kami rindu... bibir mungil itu mengeluarkan suara dan berkata-kata. Sebab amel bukan bisu, ia sedang mengumpulkan kekuatan tuk melakukan itu. Dan kami semua menunggu dalam doa dan waktu.

Rindu Hujan 2

Kami letih mengadu pada pemimpin negeri. 
Dari level apapun ia berada kini. 
Kalaulah mereka bernyali, coba datang kemari, bawa anak dan istri lalu hiruplah udara ini.

Walau ada bimbang, sebab bencana datang tanpa diundang manakala umat meninggalkan ajaran dan teladan.
Dalam istisqo kamipun bersimpuh, menundukkan kepala ke tanah
Berbisik pada bumi tuk maafkan segala, perbuatan sebagian manusia yg semena-mena memperlakukannya.

Mengharap hanya pada Allah kiranya untaian doa itu mengangkasa menggetarkan langitNya. 
Lalu menurunkan hujan menyapu asap tebal yang lebih sebulan menyesakkan dada.

Allah... kami rindu hujan. 
Tapi sungguh hati malu menyaksikan 
Betapa kami tak benar-benar berikhtiar 
Pabrik2 kami masih mengumbar asap menambah kepekatan 
Rumah2 kami seperti kehilangan akal menangani sampah kering dihalaman lalu dengan semena2 kami bakar 
Kenderaan2 kami masih hilir mudik dikepadatan kota menambah polusi udara seperti biasa...

Lalu apa bedanya ? 
Kita semua memang berperan, dalam drama asap yang menghimpit dan menyesakkan 
Masihkah jari menunjuk perusahaan besar pembakar hutan, jika hal kecil saja masih sukar dihindar

Bumi... pantas saja kau tuli dari bisik maaf kami 
Karena kau tau kami sebenarnya tak peduli 
Langit... pantas saja kau tak tergetar 
Karena doa kami masih terhalang oleh kefasikan 

Allah... jika dahulu sahabat kekeringan, lalu mendatangi rasul dan meminta didoakan... 
Kini... pada siapa kami harus adukan ??


Semoga lirih taubat kami yang sendirian, dimalam sunyi dalam tahajud panjang akan Engkau dengarkan... 
Bahwa kami, hamba2 Mu tak akan berputus asa dari ampunan dan harapan... 
Bukankah doa tulus dengan Mu tak ada penghalang ? 
Maka izinkanlah rindu hujan itu hanya padaMu ku gantungkan.

Sholat Ied dalam pekat



Hari ini bukan cuma umat palembang yang berkurban, namun juga bumi sriwijaya. Kabut asap pekat mendekap kami dalam sholat ied penuh hikmat. Pemimpinnya dengan nada bergetar memohon maaf dengan segala kejadian. Berbagai upaya sebagai manusia telah diikhtiarkan namun alam sepertinya belum meredam rasa marah seperti menantang manusia tuk merasakan sakit yang ia derita.

Tanah... maaf kan kami yang mengobrak abrik mu sesuka hati Udara... maaf kan kami yang membalas sejukmu dengan polusi industri Air... maafkan kami yang menghambat langkah alirmu dengan semen dan batu agar nyamanlah hunian kami Hutan... maafkan kami yang menerabas hijaumu dengan semena-mena demi kertas, perabot dan gaya hidup kami Bumi... maaf kami yang mengorek isi perutmu atas nama eksplorasi


Allah... maaf kan kami... diujung sholat kami selip qunut nazilah penanda kami menyerah hanya pada kekuasaanMu saja...

Berharap Hujan

Dari balik jendela masih menimbang2 tuk keluar dan bersihkan halaman. Sebab mati lampu sore hingga isya kemarin, anak2 bermain lilin dan bakaran. Akibatnya sampah abu berserakan. Menambah debu kebakaran hutan yang memang sdh hadir seharian.

Akh... malas melanda. 30 menit sesudah pembersihan, toh... abu2 lain kembali hadir menyerbu, menumpuk, teronggok disembarang tempat. Jadi kuputuskan didalam rumah saja, sebab sepertinya udara segar kian langka dan itu yg paling kami butuhkan sekarang.

Sibungsu sekolahnya kembali diliburkan. Sangat beresiko bertahan belajar pd kelas2 tanpa ruangan. Siswa2nya sebagian telah ispa, hingga diputuskan tuk belajar saja dirumah.


Kepala BMKG bilang dikoran, tuk hilangkan kabut asap kini, dibutuhkan hujan deras selama 3 hari. Tapi bagaimana bisa, wong gerimis saja masih enggan menyapa, mungkinkah langit kami tak lagi berair mata ?? Description: https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f90/1/18/1f622.png😢

Rindu hujan

Kami letih mengadu pada pemimpin negeri
Dari level apapun ia berada kini
Kalaulah mereka bernyali, coba datang kemari
Bawa anak dan istri lalu hiruplah udara ini.

Walau ada bimbang, sebab bencana datang tanpa diundang 
Manakala umat meninggalkan ajaran dan teladan.
Dan kamipun bersimpuh, menundukkan kepala ke tanah
Berbisik pada bumi tuk maafkan segala
Perbuatan sebagian manusia yg semena-mena memperlakukannya.

Mengharap hanya pada Allah 
Kiranya untaian doa itu mengangkasa menggetarkan langitNya
Lalu menurunkan hujan menyapu asap tebal 
Yang lebih sebulan menyesakkan dada.


Allah... kami rindu hujan.